Rabu, 01 November 2017

Ayahku SuperHero

Muslimah Millionaire Miulan Tentang Ayah

Ayahku SuperHero

Saat ayah masih ada, jujur saya tidak terlalu begitu dekat. Kami jarang mengobrol atau saling curhat. Karena apa? Karena saya selalu jengkel dengan sikap tegasnya beliau. Yang selalu saya salah artikan atas sikapnya.
Teringat masa kecil dulu, saya selalu belajar mengaji bersama beliau. Nah, saat itulah saya suka jengkel, merasa kesal. Karena ayah saya begitu tegas kepada anaknya. Bagaimanapun caranya, anak-anaknya harus bisa dan pintar mengaji. Sampai kami semua anaknya menangis tersedu-sedu, karena takut kalau kami tidak bisa mengaji pasti dimarahi.

Tapi sekarang saya tersadar, dibalik sikap tegasnya. Ayah menginginkan anak yang sholeh dan sholeha. Bisa meneruskan cita-cita, penegak Agama Islam. Aamiin..
Justru dengan sifat dan sikapnya, itulah yang saya rindukan setelah Ayah tiada.
Bagaimana tidak teririsnya hati ini, ketika ayah saya meniggalkan dunia ini selama-lamanya. Di saat itulah, saya baru melahirkan satu minggu anak pertama saya.
Ya Allah, hati ini terasa sakit. Jiwa ini terasa melayang. Harus menerima kenyataan, bahwa Ayah telah meninggalkan kami.
Jahitan yang membekas setelah melahirkan, serassa tidak sebanding dengan perihnya hati ini pada saat itu.

Ayah
Bahagialah di sisi_Nya
Kami hanya bisa mendo'akanmu
Mungkin kata maaf sudah tak bisa kami sampaikan
Tapi kami sungguh
Sungguh mencintaimu
Ayah




Muslimah Millionaire Miulan Tentang Ayah

Bisnis Hijab Terbaik

Bisnis Hijab Terbaik


Ibu Pintar "Berbohong"

Pengalaman saya dengan ibu, adalah seorang ibu itu harus pintar "berbohong".
Cerita bermula waktu saya kecil. Saya terlahir di keluarga sederhana sangat sederhana. Bahkan untuk makan nasi saja, kami harus membagi-bagi dengan saudara yang lain. Apalagi lauk pauk nya. Telur dadar aja, kami potong bagi-bagi dengan kakak kakak saya. Bahkan kami sering harus makan dengan taburan garam saja.
Ketika makan, ibu sering memberikan porsinya untuk anka-anaknya. Karena kami ada 7 bersaudara.
Sambil memindahkan nasinya, ibu berkata "Makanlah Nak, ibu sudah kenyang". Padahal kami semua tahu, bahwa ibu juga sama laparnya sama kami.
Betapa pintarnya seorang ibu terpaksa harus berbohong. Demi apa?
Demi perut anak-anaknya. Beliau tidak menghiraukan perutnya.

Bisnis Hijab Terbaik